cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 08541809     EISSN : 25496778     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Media Komunikasi Teknik Sipil (ISSN 0854-1809) published twice in a year, in July and December. The article can be product of researches, scientific thoughts or case study, in civil engineering and isn’t formed by politics, commercialism, and subjectivity unsure. This scientific journal contains articles of thought and research results in Civil Engineering that have never been published in scientific journals or other media.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Tahun 17, Nomor 3, OKTOBER 2009" : 8 Documents clear
LABORATORY TESTING AND MODELING THE INTERFACIAL TRANSITION ZONE OF SLAG-CONCRETE Lie, Han Ay; Nuroji, Nuroji
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL Tahun 17, Nomor 3, OKTOBER 2009
Publisher : Department of Civil Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (563.65 KB) | DOI: 10.14710/mkts.v17i3.5171

Abstract

The transition zone at the aggregate surface has a distinctive formation, in terms of its mechanical as well as its physical properties. This layer is recognized as the ITZ (Interfacial Transition Zone) and considered the “weak link”, since micro cracks are commonly initiated in this area. The properties of this ITZ are jet to be investigated. SEM (Scanning Electron Microscope) images only provide qualitative information such as formation, type and relative amount of crystals. Therefore, other means are required to represent a better understanding to the behavior of the ITZ. The mechanical and physical properties of the ITZ are highly influenced by the differentiation in porosity and strength. A mathematical or FEM (Finite Element Model) can be used to bridge this lack of information. This paper deals with the the modeling approach of ITZ as well as the concept of laboratory testing for validation of the model. Keywords: labour group composition, SNI 2002, field labour’s productivity, middle-class housing. ABSTRAK Daerah peralihan antara agregat dan mortar memiliki susunan struktur dan sifat mekanis yang berbeda dengan mortar yang berjauhan dari agregate. Daerah ini dikenal sebagai ITZ (Interfacial Transition Zone) dan diketahui sebagai daerah yang “lemah” karena retak mikro biasanya diawali di ITZ ini. Perilaku mekanis ITZ sangat sulit ditentukan secara tepat, pengamatan menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope) hanya dapat memberikan gambaran secara kualitatif, berupa perilaku bentuk, susunan dan jumlah kristal sehingga perlu adanya pendekatan lain yang dapat memberikan nilai kuantitatif terhadap perilaku ITZ. Pengamatan terhadap sifat mekanis dan fisis ITZ terhadap mortar menunjukkan perbedaan kadar pori dan kekuatan. Untuk menggambarkan konfigurasi pori dan kekuatan ITZ dapat digunakan model, baik model matematis atau FEM (Finite Element Model) yang divalidasi dengan hasil pengujian laboratorium. Tulisan ini membahas konsep permodelan ITZ serta metoda validasi di laboratorium. Kata kunci: model, interfacial transition zone, mortar, aggregate, kekakuan
Kajian Landai Maksimum, Panajang Landai Kritis dan Panjang Landai Peralihan pada Potongan Memanjang Jalan antar Kota Kushardjoko, Wahyudi; Purwanto, Djoko; Hsb., Elfrin P.; H., Sonny
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL Tahun 17, Nomor 3, OKTOBER 2009
Publisher : Department of Civil Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4383.216 KB) | DOI: 10.14710/mkts.v17i3.7859

Abstract

In the engineering of vertical alignment are identified maximum grade and critical length. Maximum grade and critical length by AASHTO and Bina Marga, the vehicle standard is not equal with heavy vehicle operating in Indonesia. The goal of research is to analysis the mulberry of maximum grade and critical length that are definite in the regulation and arranged by Bina Marga, to definite critical length for descend lane and ideal transition grade. From the velocity data when antrance and finished the slanting upward and the heavy of vehicle, it can calculate the critical length. While critical length of descend lane, it can calculate from the amount of maximum braking performed by vehicle, until no happen system braking is damaged. The transition length is definite from distance that’s needed by vehicle from the speed at the end of upward grade, until vehicle speed return to recovery. The results of this research denotes that critical length is relatively smallest than critical length that recommendation by Bina Marga. As consequency of this case, the maximum grade that’s recommended by Bina Marga should be decrease. The limitation of critical length descend lane is needed to avoid damaging of braking system of vehicle. The definition of minimum transition length is recommended to recover vehicle speed design from decrease speed because upward lane, in order to avoid traffic jam. Keywords : Vertical alignment, Critical length, Maximum grade, Transition grade, Heavy vehicle.   Abstrak   Dalam perancangan alinyemen vertikal dikenal istilah “kelandaian maksimum” dan “panjang kritis”. Dalam menentukan besaran landai maksimum dan panjang kritis oleh AASHTO dan Bina Mrga, kendaraan yang dipakai tidak sama dengan kondisi kendaraan berat beroperasi di Indonesia sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji besarnya landai maksimum dan panjang kritis yang telah ditentukan oleh peraturan dan tata cara yang telah dikeluarkan oleh Bina Marga, menentukan panjang kritis untuk jalur jalan yang menurun dan menentukan panjang landai peralihan yang ideal. Dari data kecepatan sebelum memasuki tanjakan dan sebelum akhir tanjakan yang diperoleh dari survai setat berat kendaraan kendaraan dapat dihitung panjang kritis. Sedangkan panjang kritis untuk turunan dapat dihitung dari banyaknya pengereman maksimum yang dilakukan oleh kendaraan sehingga tidak terjadi kerusakan sistem rem. Panjang landai peralihan ditentukan dari jarak yang diperlukan kendaraan dari kecepatan pada akhir tanjakan hingga kecepatan kendaraan kembali seperti kecepatan rencana. Hasil penelitian ini menunjukkan panjang kritis yang relatif lebih pendek dibandingkan panjang kritis yang disarankan oleh Bina Marga. Sebagai konsekuensi dari panjang kritis yang relatif pendek, maka landai maksimum yang ditetapkan Bina Marga juga harus diturunkan. Pembatasan panjang kritis untuk turunan juga diperlukan untuk menghindari kerusakan sistem rem pada kendaraan. Penentuan panjang landai peralihan minimum disarankan untuk mengembalikan kecepatan kendaraan yang telah berkurang akibat tanjakan menjadi kecepatan rencana aga tidak terjadi gangguan arus lau lintas. Kata kunci: alinyemen vertical, panjang kritis, landai maksimum, landai peralihan, kendaraan berat.
Pengaruh Kemiringan dan Susunan Struktur terhadap Stabilitas Pemecah Gelombang Tipe Kantong Pasir Bentuk Bantal Hamdani, Hamdani
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL Tahun 17, Nomor 3, OKTOBER 2009
Publisher : Department of Civil Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3857.03 KB) | DOI: 10.14710/mkts.v17i3.7858

Abstract

Coastal erosion causes the destruction of the buildings on the beach, like the houses of citizens and other infrastructure. One method is to use abrasion prevention breakwater structure, but the kind of Rubble Mound Breakwater (RMB) becomes uneconomical when used in the cultivation of isolated, which has limited infrastructure and resource materials, especially stone. One method of overcome this problem is to use sandbags as a breakwater. Many researchers have done much research in the stability of sandbags. However, research is limited to the analys of the effect of freeboard, the roughness, slope and structural arrangement. This is a physical model of an experimental 2-D is done in a wave tank in Marine Environment and energy engineering laboratory. Marine-FTK ITB. Wave height ranges between 10 cm to 22 cm, the period is contant, 1.5 seconds. 1200 number of waves for the wave. 50 cm high model, and the freeboard is 0 cm. models vary is the slope and configuration of the sand bags. The results showed that the level of damage caused by the power of the model is highly dependent on model and configuration and the second wavelength. As a result of change in the slope, the stability of SK1 has increased to 28.135, while as a result of configuration changes, SK1 to SK2 causing stability has increased 4.17% Keywords : Stability, Sandbag breakwater, Configuration of structure, Pillow sandbag, Breakwater.   Abstrak   Abarsi pantai menyebabkan kehancuran pada bangunan di tepi pantai, seperti rumah-rumah warga dan infrastruktur lainnya. Salah satu metode pencegahan abrasi adalah dengan menggunakan struktur breakwater, tapi jenis Rubble Mound Breakwater (RMB) menjadi tidak ekonomis bila digunakan dalam pembudidayaan terisolasi, yang memiliki keterbatasan infrastruktur dan sumber bahan, terutama batu. Salah satu metode untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan karung pasir sebagai pemecah gelombang. Banyak peneliti telah melakukan banyak penelitian mengenai stabilitas kantong pasir. Namun demikian, penelitian tersebut adalah terbatas pada analisis tentang pengaruh freeboard, kekasaran lereng dan struktur tumit dan memaksakan pengepungan kestabilan. Penelitian ini mengkaji tentang analisis stabilitas pemecah gelombang tipe karung pasir yang dipengaruhi oleh kemiringan konfigurasi dan susunan struktur. Ini adalah model fisik eksperimental 2-D yang dilakukan dalam tangki Gelombang Lingkungan dan Energi Laut di laboratorium Teknik Kelautan – FTK ITB Bandung. Rentang tinggi gelombang antar 10 cm sampai 22 cm, periode konstan, 1,5 detik. Jumlah gelombang sebesar 1200 gelombang. Model tinggi 50 cm, dan freeboard adalah 0 cm. Model bervariasi adalah kemiringan dan konfigurasi kantong pasir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kerusakan model yang disebabkan oleh kekuatan sangat tergantung pada kemiringan konfigurasi dan model karung pasir. Stabilitas karung pasir dipengaruhi oleh penampangkarung pasir konfigurasi serta panjang gelmbang sesaat. Sebagai hasil perubahan lereng, stabilitas SK1 telah meningkat hingga 28,13%, sementara sebagai akibat dari perubahan konfigurasi, SK1 untuk Sk2, menyebabkan stabilitas telah meningkat 4,17%. Kata kunci: Stabilitas, Karung pasir pemecah gelombang, Struktur konfigurasi, Karung bantal pasir, Pemecah gelombang
Analisa Pelayanan Bongkar Muat Petikemas yang Optimal pada Terminal Petikemas Supriyono, Supriyono
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL Tahun 17, Nomor 3, OKTOBER 2009
Publisher : Department of Civil Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3578.302 KB) | DOI: 10.14710/mkts.v17i3.7857

Abstract

The increasing of the flow of container volume in Terminal Petikemas at Surabaya Tanjung Perak Port in line with increasing of world seaborne trade, 80% of trading use of sea transportation. In 2007, the seaborne trade trade up to 8.02 billion tons or increase 4.8% per year. This condition in line with the world gross domestic product, GDP 3.8% cause of the global economic recovery in the same countries. Volume of container serve by TPS up to 1,021,489 TEUs or 846,000 boxes in 2008 and increase 2.71% in 2009 (870,000 boxes), or average 2050 boxes per day. With this matter, the TPS can be very busy container with terminal performance (BOR) is 53.77% (exixting condition 2009). Then to facing in a certain direction the increasing of flow containers volume, TPS effort to optimal loading and unloading container serving. The optimal serving can be rich with queue theory approach to analysis loading and unloading container. The optimal value for one unit container vessel in the quay with unit service are 3 CC units and 4 RTG units each in import and export container yard. Keywords : optimal, Loading and unloading container serve   Abstrak   Peningkatan jumlah petikemas yang keluar masuk terminal petikemas di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya sejalan dengan meningkatnya perdagangan lewat laut dimana 80% perdagangan dunia di transfer lewat laut (seaborne trade). Pada tahun 2007, perdagangan dunia lewat laut mencapai 8,02 milyar ton, atau meningkat 4,8% per tahun. Perkembangan ini sejalan dengan meningkatnya produk domestic gross dunia (the world gross domestic product, GDP) yaitu 3,8 % seirama dengan pertumbuhan ekonomi di Negara-negara berkembang dan berlanjutnya pemulihan ekonomi global. Jumlah petikemas yang dilayani untuk bongkar muat di Terminal Petikemas Surabaya pertahunnya mencapai 1,021,489 TEUs atau 846,000 boxes Petikemas ditahun 2008 dan naik 2,71% ditahun 2009 (870,000 boxes), atau tiap harinya jumlah petikems yang harus dilayani untuk bongkar muat rata-rata 2050 petikemas, hal ini menjadikan TPS Terminal yang sangat sibuk ditandai dengan BOR 53,775. Untuk menghadapi arus petikemas yang kian meningkat, maka TPS berupaya untuk mengoptimalkan pelayanan yang mereka berikan kepada para pelanggan, dengan metode antrian dapat diketahui jumlah unit layanan yang optimal terutama untuk kegiatan bongkar muat petikemas. Nilai pelayanan yang optimal dapat dicapai dengan jumlah unit layanan untuk kedatangan satu unit kapal adalah 3 CC, 21 HT dan 4 RTG di lapangan penumpukan impor dan 4 RTG dilapangan penumpukan ekspor Kata kunci: Optimum, Pelayanan bongkar-muat petikemas
Pengaruh Model Change Order pada Kehilangan Produktivitas dan Performa Proyek KOnstruksi Jalan dari Perspektif System Teori Sulistio, Hendrik; Wibowo, M. Agung
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL Tahun 17, Nomor 3, OKTOBER 2009
Publisher : Department of Civil Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3094.326 KB) | DOI: 10.14710/mkts.v17i3.7862

Abstract

Change order at project of road construction almost cannot avoid. Change of work happened because of field needs, and completeness of physical work to be in line with the initially project’s purpose. Some research of change order show that change order can influence by efficiency, execution, of profit, dispute and claim, losing productivity and degradation of performance. All  former research about change order not yet been analysed holysticly. The model of change order influence of productivity and performance should be predict holisticly with paying attention to the indicator influencing each variable. The research purpose is to analyse influence of change order at productivity losing and performance of the road costruction projrct from the theory system in 4 steps, that is phase 1 to describes about change order variable, phase 2 to describe about productivity losing, phase 3 to describe variable of performance, phase 4 to assimilate phase 1 up tophase 3. The cobclusion is change order has to check holisticly to influencing variable, so the model can illustrate the real phenomena happened. The influencing variable is productivity losing and performance in the construction project. Number of influence and the variable is being influence one each other and this research cluster 3 phases nee hard system method. Keywords : Change order, Losing productivity, Soft system, Performance, System theory.   Abstrak     Change order pada proyek konstruksi jalan hampir tidak dapat dihindari. Perubahan pekerjaan terjadi karena kebutuhan lapangan, dan untuk menyempurnakan pekerjan fisik agar sesuai dengan tujuan semula proyek. Beberapa penelitian Change order menunjukkan bahwa change order dapat juga mempengaruhi efisiensi, pelaksanaan, penurunan profit, klaim dan perselisihan, kontingensi, kehilangan produktivitas, dan penurunan performa. Semua penelitian terdahulu tentang change order belum dianalisis secara holistic. Model pengaruh change order terhadap kehilangan produktivitas dan performa, seharusnya diprediksi secara holistic dengan memperhatikan indikator yang mempengaruhi masing-masing variable tersebut. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh change order pada kehilangan produktivitas dan performa proyek konstruksi jalan dari perspektif system theory dengan cara soft system (mental model). Metodologi dari penelitian dianalisis dengan cara system teori dengan 4 langkah, yaitu fase 1 mendiskripsi tentang variable change order, fase 2 mendeskripsikan tentang variable kehilangan produktivitas, fase 3 mendeskripsikan tentang variable performa, fase 4 menggabungkan fase 1 sampai dengan fase 3. Kesimpulan adalah change order harus diteliti secara holistic terhadap variabel yang mempengaruhinya, sehingga model dapat menggambarkan fenomena yang sebenarnya terjadi. Variabel yang mempengaruhinya adalah kehilangan produktivitas dan performa proyek konstruksi. Besar pengaruh dan variabel-variabel tersebut saling mempengaruhi, perlu dilakukan penelitian terhadap penggabungan tiga fase diatas dengan hard system. Kata kunci: Change order, Sistem teori, soft sistem, kehilangan produktivitas, performa
PEMILIHAN MODA ANGKUTAN PAKET SEMARANG - JAKARTA Wicaksono, Y I; Siswanto, Joko; Ryanto, Erry Derima
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL Tahun 17, Nomor 3, OKTOBER 2009
Publisher : Department of Civil Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.786 KB) | DOI: 10.14710/mkts.v17i3.4731

Abstract

The purpose of this research is to know service rate of package transport Semarang-Jakarta which is using railway and road moda. It is influenced by characteristic of package service supplier and user of package service it self. We wish the result can give describtion and information about moda choice of package transport. Survey’s result show that goods which is sent by package service, which is using railway moda consist of printed matter 39%, small wrapping 38% and package 23%, whereas type of goods which is sent by package service which is using road moda, consist of printed matter 12%, small wrapping 40% and package 48%. Cost of package transport Semarang – Jakarta by railway moda cheaper than road moda. Railway moda is Rp. 919.000,- while road moda is Rp. 1.175,000,-. Package sending by railway moda is using bagage train, while road moda is using good car (truck). This reasech use 12 variable and 5 free variable are significant variable in moda choice of package transport, that are time of package sending, schedule of package sending, frequency of package sending, security of package and cost/tariff. Moda choice of package transport using road moda is influenced by variable of time, schedule, security and cost/tariff of package sending. Where as moda choice which is using railway moda is influenced by frequency package sending. Keywords : cost, tariff, frequency ABSTRAK Penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat pelayanan pengiriman paket Semarang Jakarta dengan menggunakan kereta api dan moda darat. Terdapat pengaruh yang diakibatkan adanya karakteristik jasa pelayanan paket dan penggunaan pelayanan paket itu sendiri. Ada keinginan untuk mendapatkan hasil yang dapat menggambarkan dan memberikan informasi mengenai pilihan moda pengiriman paket. Hasil survai menunjukkan bahwa barang yang dikirim melalui pelayanan paket dengan menggunakan moda kereta api terdiri dari barang cetakan 39%, bungkusan kecil 38% dan paket 23%, sedangkan jenis barang yang dikirim melalui jasa paket yang menggunakan moda jalan raya terdiri dari barang cetakan 12%, bungkusan kecil 40% dan paket 48%. Biaya operasi angkutan paket Semarang – Jakarta dengan menggunakan kereta api relatif lebih murah yaitu sebesar Rp. 919.000,- dibandingkan dengan yang menggunakan jalan raya yaitu sebesar Rp. 1.175.500,-. Pengiriman paket melalui moda kereta api menggunakan gerbong barang sedang moda darat menggunakan truk dan penelitian dengan menggunakan 12 variabel dan 5 variabel bebas merupakan variabel yang cukup berarti dalam pemilihan moda pengiriman paket, lama pengiriman paket, jadual pengiriman paket, frekuensi pengiriman paket, keamanan paket dan biaya. Pemilihan moda pengiriman paket dengan menggunakan moda darat mempunyai keunggulan dari sisi waktu, jadual keamanan dan biaya, sedang pemilihan moda pengiriman dengan mengunakan kereta api unggul pada frekuensi pengiriman. Kata kunci : biaya, tarip, frekuensi
Faktor-Faktor Biaya Pemulihan Pengelolaan Sumber Daya Air Sangkawati, Sri
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL Tahun 17, Nomor 3, OKTOBER 2009
Publisher : Department of Civil Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4273.581 KB) | DOI: 10.14710/mkts.v17i3.7860

Abstract

To ensure sustainability of the benefits of water resources and water resources infrastructure for managing the funds should be provided adequately. Adequacy of funding for management can be planned based on the principle of full cost recovery or O & M cost recovery. One source of funding for the management of water resources as regulated in article 77, UU.RI Number 7, 2004 are the beneficiaries of which are service fees for water resources management (BJP-SDA). In order to realize the management of water resources with the principle of demand-side management and increase service fees for water resources management, it is necessary to analysis the correlation between the cost of management services to beneficiaries in accordance with existing regulations, commitment, and the contribution fee to be determined need to obtain agreement from interested parties (stakeholders) with the criteria that must be met. Important factors for the realization of cost recovery for water resources management in a basin area are: recovery policy management costs that will be done whether on the principle of full cost recovery or the O& M cost recovery, user groups according to water rights and the economic benefits derived each group of beneficiaries of development and management of water resources. Cost recovery model should be built at least with respect to these important factors. Keywords : cost recovery, users   Abstrak   Untuk menjamin kelestarian manfaat sumber daya air serta sarana dan prasarana keairan maka dana untuk pengelolaannya perlu disediakan secara memadai. Kecukupan dana  untuk pengelolaan dapat direncanakan berdasarkan prinsip full cost recovery maupun O&M cost recovery. Salah satu sumber dana untuk pengelolaan sumber daya air sebagaimana diatur dalam pasal 77, UU Nomor 7 tahun 2004  adalah dari para penerima manfaat yang merupakan biaya jasa pengelolaan sumber daya air (BJP-SDA). Guna mewujudkan pengelolaan sumber daya air dengan prinsip demand-side management dan meningkatkan penerimaan biaya jasa pengelolaan sumber daya air, maka perlu dilakukan analisis korelasi antara biaya jasa pengelolaan dengan penerima manfaat sesuai dengan peraturan yang berlaku, komitmen bersama, dan besarnya kontribusi biaya yang akan ditetapkan perlu memperoleh kesepahaman dari pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dengan kriteria yang harus dipenuhi. Faktor-faktor penting untuk realisasi pemulihan biaya pengelolaan sumber daya air di dalam satu wilayah sungai adalah: kebijakan pemulihan biaya pengelolaan yang akan dilakukan apakah berdasarkan prinsip full cost recovery atau O&M cost recovery, kelompok pemanfaat  sesuai dengan hak atas air dan nilai manfaat ekonomi yang diperoleh masing-masing kelompok pemanfaat dari kegiatan pengembangan dan pengelolaan sumber daya air. Model pemulihan biaya harus  dibangun sedikitnya dengan memperhatikan faktor-faktor penting tersebut. Kata kunci: biaya pemulihan, kelompok pemanfaat
Manajemen Arus Lalulintas pada Sistem Jaringan Jalan Kota Semarang Menggunakan Perangkat Lunak EMME2 Yulipriyono, Epf. Eko; Basuki, Kami Hari
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL Tahun 17, Nomor 3, OKTOBER 2009
Publisher : Department of Civil Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (507.203 KB) | DOI: 10.14710/mkts.v17i3.4183

Abstract

The pattern of Semarang Road Network is radial, so outbound/inbound traffic from/to central of city are high. Caused by this conditions, the radial roads are very crouwded especially in morning and afternoon peak hours. This crouwded traffic could be reduced by introducing the peripheral roads which connected some radial roads. Analysis method is making simulation model  by EMME/2  software. The as-built model is then calibrated by existing secondary and primary data for its significancy. After the model was built, it is conducted scenarios of the management of traffic flow on road network system by existing road network model. The optimum performance of road network system is benefit of this study. The study will give wider vision to macro movement efficiently without conducting costly field experiment. The improvement on road capacity and management implementation of traffic direction is possibly to conducted that simulation tool has accomodated the characteristics of movement and rute preference in natural way. There are 5 scenarios such as alternative 1 (one way direction), alternative 2 (road capacity improvement), alternative 3 (two way direction), alternative 4 (road capacity improvement and policy of one way direction) and alternative 5 (road capacity improvement and policy of two way direction). The study concluded that alternative 2 (road capacity improvement) and alternative 5 (policy of 2-way direction and road capacity improvement) will increase road performance. Keywords : road network, simulation, road performance, EMME/2. ABSTRAK Kota Semarang mempunyai sistem jaringan jalan dengan pola radial sehingga ruas-ruas jalan dengan arah menuju ke pusat kota menanggung beban lalulintas yang berat. Akibatnya, sering timbul kesemrawutan pada puncak pagi maupun sore hari, dan perlu dipikirkan pengembangan ruas jalan periferal yang menghubungkan ruas-ruas jalan radial. Metode analisis dilakukan dengan pembuatan model simulasi dibantu perangkat lunak EMME/2. Model yang terbangun dikalibrasi dengan data sekunder dan primer untuk menjadikan model yang signifikan kemudian dilakukan skenario penanganan manajemen arus lalulintas pada sistem jaringan jalan pada model jaringan jalan yang ada. Kinerja sistem jaringan jalan yang optimum merupakan manfaat dari studi ini dan hal ini akan dapat memberikan gambaran yang lebih luas mengenai efisiensi pergerakan secara makro tanpa harus melakukan ujicoba di lapangan karena biayanya cukup mahal. Peningkatan kapasitas jalan dan penerapan manajemen arah arus lalulintas dimungkinkan dapat dilaksanakan mengingat alat simulasi yang digunakan sudah mengakomodasi karakteristik pergerakan dan perilaku pemilihan rute secara wajar. Dalam studi ini dibuat 5 skenario yaitu alternatif 1 (satu arah), alternatif 2 (peningkatan kapasitas jalan), alternatif 3 (dua arah), alternatif 4 (peningkatan kapasitas jalan dan pemberlakuan jalan satu arah) dan alternatif 5 (peningkatan kapasitas jalan dan pemberlakuan jalan dua arah). Hasil analisis menyimpulkan bahwa alternatif 2 dan alternatif 5 dapat meningkatkan kinerja jalan.Kata Kunci: jaringan jalan, simulasi, kinerja jalan, EMME/2Permalink: http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/mkts/article/Metadata/4183[How to cite: Yulipriyono, E. dan Basuki, K.H., 2009, Manajemen Arus Lalulintas pada Sistem Jaringan Jalan Kota Semarang Menggunakan Perangkat Lunak EMME2, Jurnal Media Komunikasi Teknik Sipil, Tahun 17, Nomor 3, pp. 257-271]

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2009 2009